24 November 2012

Sosial atau So-Sial



So-Sial
Manusia adalah makhluk sosial, saya juga lupa ini dipelajari dalam ilmu apa dan apakah termasuk dalam pribahasa, istilah teori atau apapun, yang jelas mayoritas menangkap pesan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, kehidupannya amat bergantung pada orang lain. Interaksi

Sederhana, ketika melihat teropong kehidupan dalam formalitas yang nyaris larut seperti putaran film pada bioskop zaman dahulu, terus diulang dan diulang. Mahasiswa misalnya, ketika ditanyakan padanya berapa persen atau jam yang diluangkan waktunya dalam sehari atau seminggu untuk duduk bersama-sama sejajar selain dengan temannya atau warga di lingkungan kampusnya.

Quality time yang memang keluar dari rutinitas kosan-kampus-makan-jalan-jalan, dan memang kita lakukan diluar keinginan untuk melampiaskan kepuasan kita tentang materi. Waktu yang memang digunakan untuk niatan silaturrahmi, salam-salaman, berbicara dan ngobrol untuk lebih mengenal orang sekitarnya.

Jika jawabannya sedikit apakah masih kita pantas disebut makhluk sosial, atau lebih pantas individual. Ya mboh silahkan ngaca sendiri. J

Jamaah oohh jamaahh ~
Untung saja selama ini kita alhamdulillah masih diberikan sebuah tuntunan dan tuntutan yang ada dalam islam. Sebuah petunjuk yang memanusiakan manusia sesuai dengan fitrahnya, memosisikan perannya dalam pemetaan yang sederhana, namun indah.

Keindahan tersebut larut dan melepaskan belenggu sifat individual pada diri manusia itu sendiri dalam berjamaah. Ya solat yang berjamaah.

Disini seluruhnya datang dengan keadaannya masing-masing, melakukan gerakan dan dalam barisan yang sama. Sejajar. Tak seorang pun tidak bisa mengelak menatap yang lainnya, melihat sekeliling dengan decakan moril yang luar biasa. Dari yang berstatus bekerja ataupun mahasiswa, tua maupun muda, tinggi atau tidak, hitam ataupun putih. Membawa permasalahan masing- masing dari masalah financial, keluarga, kesehatan, carut marut dan polemik dramatika kehdupan yang lainnya. Toh kita ndak tahu ketika seorang anak kecil duduk manis mengadahkan tangannya keatas, menutup matanya. Kita pun ndak tahu anak kecil itu apa doanya. Semuanya polos. Bagi-Nya ini ndak masalah, yang penting apa yang ada dalam hati kita. Lensa Sang Pencipta tembus hingga siulan hati yang paling kecil. Terdengar

Lantas bila satu diantara lima kesempatan saja tidak bisa, islam masih saja memosisikan manusia dalam lingkaran sosial pada siang hari di hari Jum’at.

Jump-ah (let’s jump into Jum’at)

Dalam lima waktu bila ndak sempat saking sibuknya, satu waktu dalam seminggu pun kembali kita ngumpul. Seakan berpesan“apa kamu tidak sudi untuk meninggalkan sebentar saja waktu dalam satu minggu mu, tidak bertransaksi dan tidak mengerjakan lainnya, untuk hanya duduk bersama-sama menyimak khutbah dan merasakan betapa beragamnya kehidupan ini namun tetap selaras dalam harmoni gerakan spiritual mendalam”

Selalu saja kita dihadapkan pada pandangan yang membentur nilai-nilai empiris dan rasional oleh agama. Ndak semuanya pake otak kita pun bisa faham akan sesuatu. Tapi pikiran hati tak seperti pikiran otak, kenyamanan dan kepuasaannya timbul dari fitrahnya sendiri sebagai makhluq yang diciptakan dengan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi dan tuntutan yang harus dikerjakan. Untuk kehidupannya atau lebih tepatnya kehidupan hatinya. 

Ya mudah-mudahan aja ego kita ndak nambah, ketika proporsi jamaahnya dinilai kurang. Kalau begitu adanya dan masih bisa hidup nyaman, ya ndak usah dalam-dalam mengkaji manusia adalah makhluk sosial, mending tanya aja ke dosen sosiologi. Paling disuruh buka buku, sial, hehe.
Read More - Sosial atau So-Sial

11 November 2012

Ekonomi Perasaan




Sebenarnya ada hal lain yang mau saya tulisin sih, tapi ga tahu kenapa jadi ingin ngebahas tentang hal ini, sebuah interaksi sosial yang spesial antara manusia dengan gender yang berbeda. Hmm ~

Re-say  “KO”
Kita mulai dari pertanyaan, ketika kamu dihadapkan pada pilihan lima juta sekarang atau sepuluh juta lima tahun lagi, pilih mana? Karena anak ekonomi, kebanyakan milihnya mending lima juta sekarang dong, lima tahun lagi belum pasti, belum ngitung inflasi, real interest, daya beli, dll. Intinya lebih bentar, lebih kecil resikonya, satu lagi lebih pasti. Kata pepatah “Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari”.

oke sebelumnya, resiko adalah hal-hal yang dapat terjadi diluar kehendak kita, namun kita masih dapat mengantisipasinya.

Lanjut, tapi kenapa dalam sebuah hubungan seorang laki-laki dan perempuan yang belum nikah, pernyataan diatas ga ngaruh. Dari ujung rambut ampe ujung kaki aja masih belum punya sendiri, masih punya ortu, kuliah belum lulus, kerja juga belum pasti kerja dimana, banyak belum pastinya, tapi udah mulai berhubungan apapun dengan lawan jenisnya, disebutnya “pdkt, pacaran atau apapun lah bebas”.

Berani ngobrol empat mata ama ortu nya aja deg-degan, lah ini yang dimainin hatinya anak siapa coba?. Coba pikirin orang tua sang perempuan khususnya ibunya yang udah susah payah ngelahirin dia, ngedidik dari kecil dengan sabar, lucu-lucu, imut hingga menjadi remaja, gadis yang cantik jelita dilepas ketika dia udah punya pendamping, sungguh waktu yang tidak lama. Segitunya loh, masih mau main-main? Terr... laaa ..luu

Dengan kata lain, makin lama waktu berhubungan tersebut seharusnya menambah resiko dong, katanya pilih yang pasti. Ahhh konsep itu mah konsep hehe

Eh, bukannya kita harus tahu barangnya dulu yah sebelum membeli entar rugi dong kalo kita ga “sreg” makanya harus dicoba dulu. Oke, oke I am understand, let’s go to the next point.

Kalau alasannya penjajakan, pastinya mereka yang nikah tanpa pacaran yang lama dan waktu yang bertahun-tahun itu pasti cepat cerai, karena enggak “sreg”. Tapi nyatanya langgeng-langgeng aja tuh, Tanya aja motivasinya kenapa, selain karena cinta pasti ada motivasi yang tak lekang oleh waktu. Apa itu? mengikuti ketentuan dari apa yang ditentukan oleh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Nah jadi yang ga lama-lama itu, malahan yang sesuai dengan contoh di paragraf pertama tadi, dan sesuai dengan fenomena perilaku ekonomi. Katanya ekonomi merasionalkan pilihan. Hmmm ~

Up-death status
Next question, ketika kamu dalam urusan organisasi misalnya mencari sponsor dalam bilangan jutaan dengan point kerjasama yang cukup banyak, mana perilaku yang kamu pilih? Membuat surat M.O.U atau tidak perlu membuatnya. Mayoritas akan membuat surat tersebut sehingga timbul unsur tanggungjawab antara kedua belah pihak dalam memenuhi hak dan kewajibannya, betul? 

Kamu bisa menggugat karena memang ada sesuatu yang mengikat, ketika salah satu pihak melakukan wanprestasi atau melanggar salah satu point saja, Tegas.

Hubungannya apaan? Ya tanggungjawab, selama tidak ada ikatan, keduanya ga bisa nuntut apapun, sesakit apapun perasaan yang disakiti, wong bukan siapa-siapa kok. Segalau apapun itu. Putus, ya update status, widihh TL banjir :)

Di-mirisin Marjinal Utility
Terakhir tentang teori kepuasan marjinal yang menurun, konsepnya: bahwa manusia itu terdepresiasi dalam raga dan rasa. Bosen.

Seorang dosen bilang, dulu ketika pengantin baru, baru sejam udah ditanyain ama istri, sekarang mah bororaah (what language is) teuing lah. Karena tak ada yang abadi seperti apa kata Ariel bilang dan tak ada yang sempurna, sesempurna Andra ‘n d’ bekbon. Semuanya berubah ketika Negara api menyerang. -__-“

Tapi maksudnya gini, makin lama interaksi udah kenal, udah banyak saling tahu aibnya, udah saling berkorban, saling memadu kasih semu, sekarang seneng besok udah ngambek dll, lah terus apa bedanya nanti kalo nikah, lah terus apa yang penasaran dari dia? Hubungan biologis doang? Lah apanan intinya bukan itu toh?

Sekarang bandingin dengan contoh yang selanjutnya tadi, yang mengemas suatu hubungan dengan kemantapan dan kesiapan oh iya kemapanan satu lagi. Sebelum akhirnya berakhir dengan indah, kira-kira apa perlu waktu lama, untuk menerima?

Saya analogiin ini,  kaya seorang jutawan yang udah tergoda dengan sebuah mobil BMW yang harganya juga selangit mahalnya, tebak, kira-kira transaksinya bakalan lama ga? …. ENGGAK DONG, LANGSUNG DIBELI !!! *wiss santai-santai ~

Kembali sesuai fenomenanya dengan perilaku individu yang emang ga lama-lama pdkt, pacaran or whatever dengan konsep DMU ini. Lebih penasaran, utilitas masih tinggi, langsung hitam di atas putih, langsung ada tanggungjawab. Nah yang ginian nih, langgeng rill bukan nominal kayaknya.

Udah ah, ntar tambah ngelantur lagi, oh iya bukan berarti saya udah bener dalam hal ginian, wong galau aja masih sering hehe, galau yang berkualitas. “watawasoubil haqqi watawasoubissobr” saling ngingetin aja dalam kebenaran dan kesabaran.

Btw, ini mata kuliah apa sih? Ekonomi Pemasaran Perasaan atau apa? … teuing :)
Read More - Ekonomi Perasaan

4 November 2012

Ide Itu Narsis



Sebenarnya tidak ada kata menunggu untuk mengoleksi puzzle-puzzle pesan sarat makna pada setiap detail kejadian yang ada sepanjang hari. Baik ketika kita menginjak rem kendaraan dan diam menunggu lampu hijau ataupun berdiri menunggu antrian untuk mendapatkan sesuatu. Selalu ada hal menarik di setiap momen hidup ini.

Mungkin terkadang kita ndak tahu sebenarnya alam semesta berkomunikasi dengan bahasanya, melambai-lambai untuk kemudian diambil manfaatnya dan diproses sebagai bahan baku inspirasi sebuah gagasan yang siap dituangkan menjadi sebuah ide. Katakanlah Newton yang harus dulu kejatuhan apel sebelum menemukan teori gravitas ataupun Archimedes yang lari tunggang langgang dan berteriak “eureekka” ketika menemukan kesimpulan sifat air.  

 Maka ndak jarang kita nemuin ayat  “laayatil liulil albab” “laallakum ta’qilun” dst. Ayat yang special bagi mereka yang mikir dan menggunakan karunia terbesar yang diberikan kepada manusia yaitu otak untuk memproses, layaknya bahan baku sebuah masakan yang siap diolah, dan itu berserakan dimana-mana. Mari kita sedikit melek.

Bagi saya sendiri, lalu lintas merupakan replika kehidupan yang sangat kaya akan analogi dengan kehidupan nyata. Arogansi tiap pengendara kendaraan bermotor, rambu-rambu lalu lintas yang terpasang pada setiap perempatan dan aspek lainnya, dll, silahkan mikir sendiri. J

Printilan dari aspek tersebut bahkan bisa kita mulai dengan pertanyaan, seperti mengapa kendaraan yang melintas ndak langsung berhenti ketika lampu lalu lintas menyala merah?, atau mengapa kendaraan umum berhenti sembarangan?, mengapa kendaraan bermotor dapat berjalan dimana-mana (kanan, tengah, kiri bahkan hingga melintas trotoar)? dan beragam pertanyaan yang menggenjot otak untuk berpikir walau hanya sekedar mendapatkan spontanitas jawaban, tapi yakinlah mungkin gagasan besar berawal dari percikan ide kecil. Oh iya itu baru tentang transportasi, masih banyak hal lainnya.

Bagi mahasiswa sendiri, selalu ada keadaan dimana harus menemukan gagasan baru untuk tugas kuliah, merumuskan konsep acara ataupun hanya mencari materi sebagai bahan tulisan. Namun, terkadang kita hanya flat dan sedikit mencari informasi baru dan perbandingan yang mencetuskan inovasi tentang hal tersebut, ya trend, kita hanya mengikuti trend yang arahnya sudah bisa ditebak. Padahal mungkin kita bukan satu-satunya orang yang merasakan hal tersebut, bisa jadi orang terdekat kita ataupun kampus lain merasakan hal yang sama. Bukannya orang kreatif adalah mencapai tujuan yang sama dengan cara yang berbeda. They say “normal is boring”.

Itulah kenapa ndak heran mengapa orang yang aktif dimana-mana seakan selalu mencetuskan ide segar dan terasa baru dilingkungannya, padahal mungkin ia hanya melalukan apa yang ditempat lain dia sudah lakukan. Abaraham Maslow bilang kalo ada orang-orang yang disebut “self actualizer” yang paling banyak melakukan pembaruan, inovasi, dan banyak terobosan dan gagasan yang luar biasa.

Mari tengok, mungkin kamu termasuk didalamnya (dikutip dari buku normal is boring)
  •  Mereka menilai situasi secara objektif, akurat, dan jujur. Mereka bisa menilai kebohongan
  • Mereka menerima kekurangan diri sendiri, kelemahan orang lain, serta pertentangan hidup
  • Mereka tidak dapat dilarang, tidak peduli dengan apa yang dipikirkan negative oleh orang lain, aktif dan terlihat (SPONTAN)
  •  Mereka mempunyai misi, tugas, tujuan, di luar urusan diri pribadi yang harus diselesaikan
  • Mereka BANYAK AKAL, relative bebas dari ikatan budaya dan social tertentu, dan tidak tergantung dengan otoritas di luar dirinya.
  • Mereka sangat menikmati hidupnya. Mereka memiliki keluguan dan visi eorang anak kecil, yang terus memperbaruai rasa penghargaan terhadap anugerah kehidupan.
  • Mereka mempunyai kterikatan tinggi dengan kemanusiaan
  • Mereka mencintai, mempunyai ikatan-ikatan hubungan interpersonal yang mendalam dengan orang lain
  • Mereka punya rasa HUMOR yang tidak menyinggung. Mereka suka menertawakan diri sendiri dan kejadian hidup yang menggelikan
  • Mereka sering mengalami peak experience, yaitu memberi perhatian penuh, terpesona dan terpikat terhadap sesuatu. Mereka juga mudah menerima ide, inspirasi ilham atua berbagai pengetahuan yang dating dari mana saja.
Maka, siapkan otak yang terbuka, pikiran yang bebas mengembara dan siap-siap mengambil hikmah pada setiap fenomena yang terjadi dari perilaku kreatif makhluq-Nya. Mereka tidak diam, hanya menunggu hukum aksi-reaksi terjadi, karena sebenernya alam itu hidup dan ide itu amatlah narsis.
Abis ini jangan langsung ganti profil picture. J

Read More - Ide Itu Narsis

The Best Motivator Ever


Read More - The Best Motivator Ever

Pidato Khas Pa Hasan





KH. Hasan Abdullah Sahal:

Fenomena da'I kecil perlu didiskusikan, dan haji ibadah sakral disertai dgn mengundang slebriti sm dgn mnurunkan derajat ibadah haji dgn sampah!! Umat!!

Kita harus memaksa diri karena setan juga memaksa!!!!

Islam bukan rahmatan lil alamin! Nabilah yg rahmatan lil alam.

Katakanlah "AKU HANYALAH" bukan "AKU ADALAH" karena jika ada seseorang yg mengatakan "AKU HANYALAH" itu adalah Umat Nabi Muhammad SAW, tapi jika ada yg berkata "AKU ADALAH" maka dia adalah sama dengan Fir'aun...

Khidupan lahiriah & bathiniah, pesantren punya nilai2 khidupan: moral, akhlaq, kjujuran

Pengusaha, org kaya, bs mengatur pondok tp tdk bs mendidik. Jgn katakan "sy sudah cukup" krna yg smpurna hanya Allah dan syariahnya. Pndok ini brjalan dg kbersamaan yg jd msalah adalah individualisme! Musyawarah adlah jiwa kita, lain dg demokrasi, klo dmkrasi suara masuk dirundingkan, klo musyawarah mslah yg dirundingkan. "Laisa kullu ma yal ma'u dahaban!" Kau kaya aku t' minta, kau pintar aku tak bertanya, kau besar aku t' brlindung, aku bs hdup tanpa kau!!

Pentingnya keseimbangan!

Didunia ini mnusia merasa bsar krna dianggap bsar, kaya dianggap ky. Pondok merasa maju krna dianggap maju! Sobek ijazahmu!! Sy bs hdup tanpa ijazah ini!!

Umroh brsama dude herlino.. Agama dijual murah!!

Saking senang nya lupa diri, saking sedihnya stres, yg nyuruh stres siapa...???

Pelajarilah kebenaran, dan jangan pelajari orang benar. Karena bisa jadi orang yg hari ini benar, besok bisa salah.

1. Pesantren mendidik kehidupan bukan hanya sekedar belajar agama

2. Tidak ada dikotomi kurikulum semua kegiatan merupakan kurikulum

3. Maju mundurnya pondok berasal dari dalam pondok bukan dari luar pondok

4. Pondok ini mempunyai sejarah panjang, jasanya orang banyak,

5. Tidak ada kemajuan tanpa disiplin, tidak ada disiplin tanpa keteladanan.

Jikalau pesantren itu dituduh jadi sarang teroris, apakah mau kalau kita bilang bahwa smp dan smu itu sarang koruptor?.

Man Jadda Wajada

Read More - Pidato Khas Pa Hasan

2 November 2012

Alangkah Rapuhnya Hidup Ini





Untukmu yang telah pergi meninggalkan raganya, panggilan yang tak seorang pun tahu kapan ia mampir tanpa pamrih mengajak pergi dari dunia ini. Selamat jalan kawan, jiwamu tak pernah mati dan doa kami selalu menyertaimu.

Senyum di jumat pagi ini tidak kusangka adalah senyuman terakhirnya. Awalnya biasa saja, kita hanya bermain, bermain futsal seperti minggu-minggu sebelumnya, untuk menghilangkan penat dari ujian yang menggerayangi otak ini dan membuat lelah.

 Semuanya itu dimulai pada jam 08.00 pagi di lapangan YPKP,  lapangan yang kini menjadi sebuah memoriam bagi kami tentang seseorang. Daimul

Kami bertigabelas jika saya tidak salah hitung, seluruhnya bermain bergantian lima lawan lima, selamat bagi yang jago dan bisa menggolkan dua kali kegawang musuhnya dan dia akan tetap bermain. Jam menunjukkan pukul 08.30 ketika dia masih saja menjadi penjaga gawang walau berbeda tim, kami bermain seperti biasa, ya seperti biasa, tidak ada tanda-tanda pucat dan sesuatu yang menjelaskan alasan kenapa seseorang bisa dikatakan tidak sehat, hingga tiba saat seorang memanggilnya untuk diganti oleh yang lain, langkahnya ke luar lapangan itu menjadi langkahnya yang terakhir....

Kakiknya sudah tak kuasa menahan bobot badan yang tidak terkontrol, sempoyongan, benturan cukup keras mengenai wajah depan ia pun jatuh ke depan. Geraknya seperti seseorang yang tersandung batu, atau anak kecil yang baru belajar berjalan dan jatuh.

Suasana panik, mendadak kami bersama membopongnya ke arah luar lapangan memikirkan klinik rumah sakit, atau yang lainnya, tempat apapun yang bisa menolong teman kami yang sedang berada diantara hidup dan mati.

Dua menit berselang ketika ada seseorang pengunjung lapangan tersebut menawarkan mobilnya untuk siap membawa teman kami, tak terpikirkan sebuah tempat pun yang bisa saya tuju selain rumah sakit terdekat dari situ, RS Santo Yusuf, karena sudah habis kesabaran saya dengan lagak penjaga parkir yang tidak tahu arti kata “darurat”.

Setelah membaringkannya di tengah kursi mobil terlentang, semua sirkulasi udara mobil dibuka, semoga angin ini angin baik, sabarlah kawan bertahanlah, kita akan berusaha untuk mencari bantuan ... kataku dalam hati

Double lampu sen mobil saya tekan dengan gemetar, alunan tangan tak karuan keluar dari jendela untuk memberhentikan mobil yang lalu lalang kulakukan, saya hanya ingin dunia ini berhenti sesaat selain mobil ini. Berhentilah !!!

Lima menit berselang, setelah kami bertiga sampai di RS Santo Yusuf, UGD UGD !!! PA DARURAT !!! lima satpam bergegas mencarikan pendorong khusus dan mengeluarkannya dari mobil, bergegas sampai ke dalam ruang, dengan nafas yang kembang kempis mencari siapapun didalam ruang itu,

Dok, tolong teman kami mendadak pingsan ketika bermain futsal, dia main sekitar setengah jam, lalu sempoyongan dan jatuh, mulutnya mengeluarkan busa. Berbagai penjelasan kulontarkan untuk mencoba membantu sang dokter untuk mengambil sikap, sekarang kita serahkan padamu dok, sebagai penyambung takdir-Nya.

Secepatnya ruang operasi dibuka, alat kejut dan kabel yang terhubung di dadanya,  disamping petugas rumah sakit menanyakan pertanyaan-pertanyaan Anda siapa? Saya temannya, keluarganya ada? Nomor telp yang bisa dihubungi? ... Saya pun berdiri disampingnya hanya memandang dan berharap dengan segenap doa,  tapi itu hanya beberapa menit saja, operasi pun selesai dan dengan hempaan nafas dan tatapan yang tajam.

Maaf, teman anda sudah tidak ada ... ini seperti kasus alm adji masaid, ini serangan jantung mendadak. Seringkali terjadi ketika olahraga.
...................................
...................................
..................................
Aku pun terdiam .... dengan kucuran air mata tak percaya, aku hanya ingin menyahadatkanmu untuk terakhir kawan, berdiri disamping raganya yang tak berjiwa sekarang.

Tak lama berselang, teman-teman yang tadi bermain bersama sampai ke RS, Insan yang pertama, yang sibuk mencarikan nomor telepon keluarganya dan bantuan teman yang lain, hingga kakaknya datang untuk memastikan keresahan, sebuah realitas yang harus diterima bahwa adiknya telah wafat.

Lalu ibunya pun datang dengan mencoba untuk bersabar dan ikhlas, mengingat senyum anaknya yang telah membiru dan menjadi kaku. Terisak tangis yang mendalam sambil mengelus ngelus terus kakiknya, aku pun ingin memeluknya, andaikan aku perempuan.

“Padahal tanggal dua empat kemarin dia baru saja berulang tahun”, dari percakapan saya dengan sang ibu, almarhum adalah sosok yang sholeh, baik dan selalu ceria. Kenapa kamu tidak pamit nak ... ibunya terus menangis tersedu ..

Akhirnya sambil menunggu jemputan saudaranya, kami pun berdoa untuk terakhir kalinya di ruang jenazah,  menyalami tangannya dan mencoba membesarkan hati sang ibu yang telah membesarkan teman kami ini, maaf bu ini mungkin takdir tapi kami telanjur larut dalam ikhtiarnya.

Sebagian tinggal dan menemani sang ibu, dan sebagian dari kami pergi ke masjid untuk minta kepada imam untuk disolat ghoibkan, maaf teman, hanya doa yang bisa kami lakukan untuk sekarang. Mungkin jiwamu telah tiada tapi namamu akan selalu menjadi  bagian dari memoriam hidup kami sekalian, juga sebagai pengingat  ........ bahwa hidup ini sangat rapuh.






Read More - Alangkah Rapuhnya Hidup Ini

26 Oktober 2012

Jumroh? Anak Kecil Juga Bisa



Horee syukur Alhamdulillah dapat merasakan idul adha untuk kesekian kalinya, sms-sms tentang puasa arafah, tabligh akbar bertemakan pengorbanan, orasi khotib-khotib tentang cerita nabi Ibrahim dan updatean status-status tentang nyate dan masakan bertemakan daging lainnya menyertai hari ini. :) 

Setelah sholat ied saya pun nimbrung makan yang belum bertema, kemudian mantengin TV yang menyiarkan sebuah ritual ibadah yang luar biasa. Ibadah haji.

Di tanah suci sana sekitar lima juta orang sedang mengamalkan rukun islam yang terakhir dengan berbagai niatan mereka dan dengan pengalaman kunjungan ke tanah suci yang berbeda-beda, ada yang sekali, dua kali dst. Menurut kompas ada 125.126 jamaah haji Indonesia untuk tahun ini, mereka yang masuk dalam kategori mampu, sabar dan satu lagi beruntung.

Mungkin pernah dengar, seseorang yang secara finansial ndak mungkin bisa haji, dengan ridho Allah ternyata bisa, “wa anna sa’yahu saufo yuro”. Mereka yang sepertinya akan bilang: “untuk saya satu kali saja cukup, itu sudah buat saya amat sangat bersyukur”. Hatinya udah mabrur.

Diantara total ratusan ribu jamaah pun ada juga yang aji mumpung, mumpung deket ama kemenag, pejabat atau oknum pengurus ibadah tersebut. Semuanya bertujuan “mabrur” diterima oleh Allah ibadahnya.

Tapi diantara hikmah yang saya ambil dari beberapa hal tentang pelajaran agama adalah islam mengenal konsekuensi. Ketika kita dahulunya hafal qur’an lalu hilang karena tak pernah diulang lagi, lebih berat konsekuensinya dari yang memang ndak ngafalin. Sama, untuk mabrur ini juga, mereka yang pulang kembali ke tanah air, juga harusnya mengerjakan konsekuensi tersebut, sebagai insan yang lebih unggul dalam pengamalan jumlah rukun islam diantara yang lainnya. Sepertinya kategori mabrur ndak cukup keluar nilainya setelah tahalul, atau seperti berbukanya orang puasa, setelah semua rukun selesai dijalankan lalu selesai. Tapi dampaknya apa minimal bagi yang menjalankan, umumnya bagi masyarakat di sekitarnya.

Kini waiting list haji lima tahun kalo ndak salah, tak terbayang jika itu kita analogikan dengan antrian di dalam bank, amat sangat panjang sekali. Tapi mereka yang menunggu itu pasti amat sangat sabar sekali, minimal niatnya. Tolong yang nitip dan memperkecil kuota, agaknya mikir-mikir lagi.

Kita doakan semoga ndak ada ibadah itu jadi lifestyle seperti fashionnya artis-artis, hanya pulang pergi tanpa bekas, sudah lebih dari sekali haji namun kelakuannya ndak jelas. Bangsa ini sepertinya ga butuh banyak-banyak orang yang make huruf “H” nya karena kepentingan, biarlah titel itu dipanggil oleh orang dengan kepantasan.

Semoga selamat pa, bu jamaah haji, kalian udah ditunggu ama sanak family dan masyarakat di bandara. Jangan kecewakan mereka atas harapan bahwa seorang haji memiliki nilai lebih diantara yang lainnya. Karena kalo cuma lempar jumroh anak kecil juga bisa.

Btw, selamat idul adha silahkan beli areng dan ngipas-ngipas daging. J



Read More - Jumroh? Anak Kecil Juga Bisa