13 Februari 2012

Renungan Untuk "Aktivis"

"Dimana rumahmu Nak?"

Orang bilang anakku seorang aktivis . Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana . Orang bilang anakku seorang aktivis.Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat . Orang bilang anakku seorang aktivis .Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak ? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.
 
Anakku,sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis .Dengan segala kesibukkanmu,ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat.Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak,tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.

  Anakku,kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini .Tapi kini dimanakah rumahmu nak?ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini .Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu .Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut.Mungkin tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu . Ah,lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu . Atau jangankan untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal,andai kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

 
Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu,engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu . Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu .Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak ? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?

 
Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu.Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu . Memang nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan .Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

 
Anakku,ibu mencoba membuka buku agendamu .Buku agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini,ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting.Ibu membuka lembar demi lembarnya,disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya,masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini . Padahal nak,andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu,putra kecilku..

 
Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional.Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu ?dimana profesionalitasmu untuk keluarga ? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?

 
Ah,waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

 
Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta,ibu,ayah,kaka dan adik . Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik .Dan hingga saat itu datang,jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan.Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan .Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.

 
Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus,untuk mereka sang penopang semangat juang ini . Saksikanlah,bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan.Karena tanpa ridhamu,Mustahil kuperoleh ridhaNya..
Read More - Renungan Untuk "Aktivis"

12 Februari 2012


Read More -

Disana Ijazah Bukan Segala-galanya



Sebuah surat balasan yang ditulis sendiri oleh KH Hasan Abdullah Sahal


Tanggapan Surat Dari Wali Santri Tentang Alumni 2005 Yang Mengambil Ijazah

KH Hasan Abdullah Sahal

  1. Tindakan mereka merusak harga dirinya sendiri dan juga periodenya.
  2. Kalau mereka tidak mau merubah diri sendiri maka mereka tidak akan berubah, Gontoh bukan seperti tukang sihir yang bisa merubah sesuatu dengan kata – kata.
  3. Pondok bukan hanya Pondok Kehidupan akan tetapi Pondok adalah Pendidik Kehidupan.
  4. Pondok bukan kader MPR, DPR, NU, Muhammadiyyah, Majlis Mujahiddin, walaupun alumninya banyak yang berkiprah didalamnya.
  5. Disiplin dan Kejujuran di Pondok Modern Darussalam Gontor adalah suatu hal yang sakral, maka jangan mengatakan ”Cuma” bila melakukan pelanggaran, kita ungkapkan dengan kejujuran.
  6. Jangan terkejut kalau habis pengabdian tidak mendapat ijazah.
  7. Prinsip kita pondok ini bukan Pondok Ijazah, maka bisa memperoleh dan bisa tidak.
  8. Maka anak – anak alumni jangan ada yang berfikiran hak mendapatkan ijazah setelah selesai pengabdian, itu semua tergantung dari Kyai dapat atau tidak. Intinya adalah restu dari Kyai.
  9. Ijazah adalah pemberian bagi yang diberikan bukan hak bagi alumni setelah selesai pengabdian, karena masih banyak faktor yang akan diperhatikan.
  10. Nilai bukan Operasional, maka ada pertanyaan mengapa anak yang disekors tidak mendapatkan ijzah?
  11. Maka dengan adanya itu perlu anak – anak kita monitor dari Pondok, Pondok mengatur kehidupan saantrinya sampai kepada aluminya. Terwujud dengan adanya IKPM yang diberi wibawa membawahi alumni dengan tujuan untuk menjadi pengontrol alumni yang berada diluar.
  12. Predikat marhalah, keberadaan seseorang jangan sampai nergatif. Atau jangan menciptakan sikap – sikap negatif karena tak ada keberanian untuk mengingatkan.
  13. Sakralisasi terhadap Pondok itu perlu untuk mengingatkan kembali alumni yang telah berada diluar. Mereka datang kesini harus masih memiliki ruh dan jiwa pesantren, jangan bangga dengan perubahan yang telah ada diluar dan dia mengikutinya.
  14. Kontrol batiniyah alumni adalah Allah SWT tapi sipa yang menjadi kontrol lahiriyahnya? Maka banyak perubahan yang terjadi karena dulu memang pelaksanaan kontrol hanya karena terpaksa, bangga dengan kebebasan yang ada diluar. Akhirnya ”Orang Kafir Saja Lebih Baik Dari Pada Kamu”
  1. Syarat Pengambilan Ijazah di Pondok Modern Darussalam Gontor
Ø  Kedudukan ijazah bukan tujuan, ijazah Gontor banyak memilik arti bukan hanya bentuk kertas yang diberikan. Akan tetapi adalah:
·         Restu dari Bapak Pimpinan Pondok (Kyai) bahwa dia diberikan ijazah, bukan hak dia setelah pengabdian.
·         Pengakuan masyarakat akan keberadannya dimasyarakat baik atau buruk.
·         Barang tentu adalah raport dia dalam ujian di KMI dan masa pengabdian.
Ø  Berpakaian rapi sesuai dengan alam pendidikan Gontor.
Ø  Berambut pendek dan rapi.
Ø  Mengadap untuk silaturrahim dengan Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.
  1. Apa yang harus kita lakukan untuk yang santri diusir dan memang dia tidak berhak untuk mendapatkan surat keterangan? Karena masih sulit untuk menjelaskan itu kepada wali santri dengan segudang alasannya.
  2. Jangan mudah – mudah menerima harapan dan jangan mudah – mudah mebari harapan. Atau dalam konteks anak sekarang adalah jangan mudah – mudah memberikan cinta dan mudah – mudah menerima cinta. Resikonya berat!



Read More - Disana Ijazah Bukan Segala-galanya