Carita Kahirupan

The Reason

           KAMPUNG DAMAI_ Lonceng besi itu masih lantang berbunyi tanda pondok ini masih bergulir pada porosnya dengan segala kesibukannya. Deretan gedung bercat hijau, khas dengan nuansa keteduhan, mewarnai langkah santri yang menimba ilmu di tempat ini. Tak bisa dipungkiri, siapapun yang pernah mencicipi atmosfer di tempat ini pasti tak lupa akan nilai-nilai kehidupan yang seakan menjadi label dan terus mengiringi para alumnusnya. 

Sekitar tujuh tahun aku menimba ilmu di sini. Jika kau bertanya apa yang aku dapatkan, sebuah  pertanyaan balasan seakan kudapatkan “apa yang aku cari di sini?”. Rentetan filosofi kehidupan dan rekayasa kemasyarakatanpun diolah menjadi bumbu perjuangan di tempat ini. Di sini ditanamkan pendidikan total, intelektualitas, sosial, mental dan kemasyarakatan. Sebuah proses pembentukan karakter yang paling cerdas telah diterapkan berpuluh-puluh tahun di sini namun eksistensinya masih diakui masyarakat bahkan dunia internasinal.
Kau tak akan faham situasinya bagaimana, selain kau pernah merasakan keadaan itu. Bagiku pondok model seperti ini hanya satu di dunia….
***
Hingga di suatu siang di saat makan siang ….

“Ton kalau mau keluar pikirkan dahulu, di luar sana tantangannya sungguh berat, kita dipandang sama masyarakat loh, kamu udah siap?” Fajar tiba-tiba menepuk pundakku
“Justru itu bro, kalau kita tetap disini kita ga akan bisa dapatin perbandingan, ya itulah tantangannya, ente sendiri di sini mau sampai kapan? Terus kapan terjun ke masyarakatnya?” jawabku singkat sambil mengunyah makanan
“Maksdunya?”
“Ya, coba ente pikir, kalau disini ga aneh nte puasa, nte tahajud, nte sunnah berjamaah dll dah, nah sekarang ana tanya kalau nte diluar masih istiqomah ga?”
“Ya, insya Allah ana akan berusaha”
“Nah, itu dia ana berusahanya lebih cepat daripada nte, wong Nabi aja ga nunggu sampe satu Al-Qur’an turun seabreg semua dulu baru disuruh berdakwah kan, pas ada satu ayat sampaikan satu ayat sampaikan, pas setelah  Iqro bismirobbika lladzi kholaq  itu setelahnya ya ayyuhal muddatsir, qum faandzir …  langsung disuruh berilah peringatan, ngerti ora son?” jawabku  menjelaskan
“Ya terserah mu lah, ya ana sih titip aja kalo missal ente diluar jangan ampe nte berubah dah”
“Enggak, ana akan berubah, ke arah yang lebih baik pastinya, mohon dukungan bro”

Hingga saat kutentukan pilihan untuk keluar dan meneruskan diluar, aku sadar  roda kehidupan memaksa kita berada pada jalan baru ini. Jalan cantik penuh artistic, berdandan seluruh tantangan, bergaya bahaya. Akankah kita sampai di penghujung jalan yang kita tuju seperti yang lalu? Selamatkah kita? Apapun jalan yang engkau tempuh kuharap silaturrahmi tetap bersemi, ukhuwan tetap merekah, komunikasi tetap lestari.

Janganlah membuang kesempatan ini, mungkin ini yang terakhir atau bahkan yang pertama pada jalan baru ini., Inilah saat-saat terindah bersama mereka kawan terhebat sepanjang masa. Cukup sudah kubertutur, terima kasih telah memperdulikanku dan maaf bila mengecewakanmu. Teruskan kisah hidupmu

Sebuah memoriam perjuangan



Di depan masjid jami' dan sang menara juga Balai Pertemuan Keramat sebanyak 880 santri berkumpul. Ada yang 4 tahun dan 6 tahun mereka menunggu momen ini. Kepikir ga gimana ngebentuk tempat berdirinya?



Monasnya Pondok, kau tahu belakang mesjid itu buntu cuma ada satu arah jalan yang menuju kesana. Hingga pada saat lonceng berbunyi pukul 17.15 portal jalan digunakan dan Sang Keamanan pun berdiri tegap membariskan santri yang tunggang langgang 100 km/menit larinya, terhenti dengan hanya mengayunkan jari

Idul Fitri, momen yang tak pernah dilupakan karena lebih dari 100 orang angkatan kami botak, karena tidak pergi ke mesjid solat subuh, tepat pada 30 Ramadhan dan besoknya kita salam-salaman. Tampak orang banyak yang plontos kepalanya, termasuk saya tapi ga ada di foto ini.


Dan dalang dibalik peristiwa pembotakan massal itu ustadz yang enoleh sendiri dan nyengir  paling kiri. Peristiwa itu kami sebut dengan G30SPKI (Gerakan 30 "Ramadhan "Santri Pasti botaK lagi). Terlihat begitu gembiranya sang pembotak. Kau tahu cukur rambut berapa? hanya Rp 2000 perak zaman saya..




Tak tahu apa motifnya yang jelas tiap Idul Fitri setiap orang yang sholat di Masjid Jami' mendapatkan pecahan uang Rp 1000,00 baru. Ada yang menyimpannya sampai sekarang bahkan. Nominal nya seribu nilai rillnya? tak ternilai


 Ini kelas kami, kelas perjuangan. Di sana sang pelopor Man Jadda Wa Jada mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, mata dan uratnya ingin muncrat dan kami mengikuti. Tak ada baju yang pasti, yang ada kami pakai yang penting atas terang bawah gelap juga memakai sepatu pantopel. Satu meja bisa dipakai oleh 4 orang dengan satu kursi panjang. 




Jika ujian datang tepatnya h-30 mulai dengan free learning, yaitu belajar di alam bebas dengan siapapun dan nanti ada ustadz yang mondar mandir memantau kalau mau nanya tinggal kita hampiri. Sentak tak ada kegiatan apapun selain belajar, mengingat tebal dan banyaknya buku yang harus difahami. Ujian lisan dan tulis berlangsung sekitar satu bulan hingga dua satu bulan setengah. 


Boy Band?? Bukan bukan ini adalah poto staf pengajar mengetik, 12 orang tepatnya. Mau tanding ngetik 10 jari?? saya siap ...
Read More - Carita Kahirupan