22 Agustus 2012

Ideal Fitri




Masih selalu menggerayangi kuping kita pada waktu bulan Ramadhan adalah “Yaayyuhalladzina aamanu kutiba …dst” pasti udah hafal.

Namun, gejala-gejala selesai ramadhan dan masuknya bulan baru mulai tampak, ketika para polisi berjamaah bondong2 ngamanin jalan buat posko, yang mana poskonya lebih banyak dari jumlah restoran padang, arus mudik.

Mudik atau asal katanya udik atau pulang kampung ini mulai menjadi trend di Indonesia setelah zaman penjajahan, karena prespektifnya berubah dahulu pulang kampung itu malah tidak aman, sekarang? Justru ramai-ramai pulang basamo J

Akhirnya dalil yang ngetrend pun berubah :)

" MAN SARROHU AIYUBSATHO, 'ALAIHI RIZQUHU AW YUNSA, A  FII ASARIHI  FALYASIL ROHIMAHU "

Rosullulloh Bersabda:

" Barang siapa yang Rizqinya ingin di mudahkan oleh Alloh swt atau ingin usianya Berkah dan lama, maka hendaklah dia menghubungkan tali silaturrahmi "( Hadits Riwayat Imam Muslim )

Ok, jika kita belajar logika bumi ini bagaikan kalkulasi matematis silaturrahim = dimudahkan Allah + usianya panjang dan berkah. Mirip dengan a= b + c atau persamaan lainnya dalam matematika

Sekali lagi bahwa kita hanya membumikan logika langit tersebut itu sepanjang limit logika kita bermain, jika kita ga pake ilmu tasawuf atau aliran tarekat, rasio yang sederhana justru lebih mudah untuk dicerna, memahamkan dan menggerakan perilaku positif, that’s the point

Silaturrahim, menenun kembali rajutan hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang terasa kabur karena kesibukan individu masing-masing selama satu tahun kebelakang. Diikat dan diperkuat caranya? Saling berkomunikasi via dunia maya ataupun dunia asli asal jangan dunia lain J Wajar, karena manusia makhluk sosial.

Inti dari seluruhnya ngumpul dan berbagi, saling memberikan apa yang dipunya dan saling menerima apa adanya. Indahnya berbagi, sebelumnya ada kutipan cerita menarik dari salah satu rockstar saya pa muhaimin iqbal @geraidinar

Dalam cerita rakyat Yunani kuno dikisahkan suatu hari tiga orang prajurit singgah di perkampungan yang 
miskin akibat korban perang. Dalam kondisi letih dan lapar mereka sebenarnya berharap ada salah satu dari masyarakat desa tersebut yang bisa memberinya tumpangan untuk isitirahat dan sedikit makanan. Alih-alih mendapatkan pertolongan, yang ada masyarakt desa malah berkeluh kesah tentang problem mereka, kerusakan desa, gagal panennya dan kemiskinan yang melanda. Maka tiga prajurit yang gagah berani ini terpanggil untuk memberi solusi bagi desa yang kehilangan kepemimpinan tersebut

Dikumpulkannya masyarakat desa dengan woro-woro bahwa para prajurit yang datang ke desa itu akan mengajari masyarakat untuk membuat sop dari batu. Siapa yang tidak tertarik ?, kalau batu saja bisa jadi sop – pasti desa itu tidak lagi ada problem pangan – pikir mereka.

Setelah masyarakat ngumpul, mulailah para prajurit ini mangajak masyarakat untuk mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun besar. Mereka juga minta disediakan kwali yang paling besar yang ada di desa itu agar semua kebagian sup batu yang akan mulai dimasak. Untuk batunya sendiri tidak perlu banyak, cukup tiga batu ukuran kecil.

Dengan penasaran masyarakat menyaksikan air yang mulai mendidih di kwali besar, mereka juga mengamati tiga prajurit yang membagi tiga batu kecil tersebut satu per satu diantara mereka bertiga.

Prajurit pertama mulai memasukkan batunya ke kwali sambil berkata “…nggak usah kawatir, ini akan menjadi sup yang enak…”.  Prajurit kedua mengikuti “…ini akan cukup untuk semua yang hadir disini…”. Prajurit ketiga-pun mengikutinya ambil berkata : “…akan tambah enak bila ada yang nambahi garam, kubis atau sejenisnya”.

Tiba-tiba diantara masyarakat yang hadir ada yang nyletuk : “ oh iya, di rumah saya ada garam…”, kemudian berlari dia mengambil garamnya. Yang lain ikutan : “…saya masih ada sedikit kubis di rumah…”, berlari pula dia mengambilnya. Yang lain tidak mau kalah, ada yang berlari mengambil wortel, lobak dan lain sebagainya.

Walhasil malam itu mereka berhasil memasak ‘sop batu’ dengan berbagai tambahannya yang lezat-lezat. Jumlahnya cukup banyak untuk berbagi ke seluruh yang hadir - Tentu saja tiga batu kecil yang dimasukan pertama ke kwali tidak perlu ikut dimakan !. Mereka makan kenyang malam itu dan tiga orang prajurit ini tidur kelelahan di tanah lapang desa itu.

Paginya mereka dibangunkan oleh suara ramai; rupanya masyarakat desa pagi itu kembali ke lapangan dengan membawa berbagai makanannya, ada roti, selai, keju dlsb.

Kepada tiga prajurit yang baru bangun tersebut, mereka menyampaikan : “ ….kami berterima kasih kepada Anda yang telah mengajari kami untuk berbagi, milik kami yang serba sedikit tidak cukup untuk kami sendiri…tetapi ternyata malah menjadi cukup ketika kita berbagi…”. Sejak peristiwa ‘sop batu’ tersebut masyarakat desa menjalani hidup dengan terus saling berbagi.

See? Berbagi adalah inti dari kehidupan, matahari berbagi sinarnya, bulan berbagi dengan memantulkan atau menyedekahkan apa yang dia dapat dari matahari. Bumi berbagi sinar tersebut tapi tidak secara spontan, diayak dulu oleh lapisan ozon sehingga baik bagi seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Seluruhnya bersedekah, memberi dan berbagi.

Indonesia jika kita kaji khususnya pulau Jawa. Luas  areanya hanya sepertiga Jepang atau separuh dari Inggris ini, dihuni oleh penduduk yang jumlahnya lebih besar dari seluruh penduduk Jepang dan kurang lebih dua kali penduduk Inggris. Dari 242 negara yang ada di dunia, hanya ada 9 negara yang penduduknya melebihi pulau Jawa !. Hanya China, India, Amerika, Indonesia, Brazil, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Russia yang penduduknya melebihi jumlah penduduk Jawa. Sebanyak 233 negara di dunia masing-masing penduduknya kurang dari penduduk pulau Jawa.

Di Indonesia sendiri, Jawa hanyalah daratan yang luasnya tidak lebih dari 6.5 % luas daratan Indonesia. Tetapi daratan yang kecil ini dihuni oleh sekitar 57 % dari penduduk Indonesia.

Ya disanalah kita hidup di Indonesia, saya khususnya di pulau Jawa. Mimpi akan berbagi yang hakiki seperti layaknya masyarakat di cerita tersebut. Kemisikinan dan tolak ukur kesejahteraan lainnya dapat dicapai dengan kebijakan dari para ksatria tersebut, Jika rakyat Indonesia sering ngumpul, sering berbagi dan punya semangat bangkit bersama, ini baru dinamakan ideal fitri, sekian, wslm


Read More - Ideal Fitri