Horee syukur Alhamdulillah
dapat merasakan idul adha untuk kesekian kalinya, sms-sms tentang puasa arafah,
tabligh akbar bertemakan pengorbanan, orasi khotib-khotib tentang cerita nabi Ibrahim
dan updatean status-status tentang nyate dan masakan bertemakan daging lainnya menyertai hari ini. :)
Setelah sholat ied
saya pun nimbrung makan yang belum bertema, kemudian mantengin TV yang menyiarkan sebuah
ritual ibadah yang luar biasa. Ibadah haji.
Di tanah suci sana
sekitar lima juta orang sedang mengamalkan rukun islam yang terakhir dengan
berbagai niatan mereka dan dengan pengalaman kunjungan ke tanah suci yang
berbeda-beda, ada yang sekali, dua kali dst. Menurut kompas ada 125.126 jamaah haji Indonesia untuk tahun ini, mereka yang masuk dalam
kategori mampu, sabar dan satu lagi beruntung.
Mungkin
pernah dengar, seseorang yang secara finansial ndak mungkin bisa haji, dengan
ridho Allah ternyata bisa, “wa anna sa’yahu
saufo yuro”. Mereka yang sepertinya akan bilang: “untuk saya satu kali saja
cukup, itu sudah buat saya amat sangat bersyukur”. Hatinya udah mabrur.
Diantara
total ratusan ribu jamaah pun ada juga yang aji mumpung, mumpung deket ama
kemenag, pejabat atau oknum pengurus ibadah tersebut. Semuanya bertujuan “mabrur”
diterima oleh Allah ibadahnya.
Tapi
diantara hikmah yang saya ambil dari beberapa hal tentang pelajaran agama
adalah islam mengenal konsekuensi. Ketika kita dahulunya hafal qur’an lalu
hilang karena tak pernah diulang lagi, lebih berat konsekuensinya dari yang
memang ndak ngafalin. Sama, untuk mabrur ini juga, mereka yang pulang kembali
ke tanah air, juga harusnya mengerjakan konsekuensi tersebut, sebagai insan
yang lebih unggul dalam pengamalan jumlah rukun islam diantara yang lainnya. Sepertinya
kategori mabrur ndak cukup keluar nilainya setelah tahalul, atau seperti berbukanya
orang puasa, setelah semua rukun selesai dijalankan lalu selesai. Tapi
dampaknya apa minimal bagi yang menjalankan, umumnya bagi masyarakat di
sekitarnya.
Kini
waiting list haji lima tahun kalo ndak salah, tak terbayang jika itu kita
analogikan dengan antrian di dalam bank, amat sangat panjang sekali. Tapi
mereka yang menunggu itu pasti amat sangat sabar sekali, minimal niatnya. Tolong yang nitip dan memperkecil kuota, agaknya mikir-mikir lagi.
Kita
doakan semoga ndak ada ibadah itu jadi lifestyle seperti fashionnya
artis-artis, hanya pulang pergi tanpa bekas, sudah lebih dari sekali haji namun
kelakuannya ndak jelas. Bangsa ini sepertinya ga butuh banyak-banyak orang yang
make huruf “H” nya karena kepentingan, biarlah titel itu dipanggil oleh orang
dengan kepantasan.
Semoga
selamat pa, bu jamaah haji, kalian udah ditunggu ama sanak family dan
masyarakat di bandara. Jangan kecewakan mereka atas harapan bahwa seorang haji
memiliki nilai lebih diantara yang lainnya. Karena kalo cuma lempar jumroh anak
kecil juga bisa.
Btw,
selamat idul adha silahkan beli areng dan ngipas-ngipas daging. J