26 Oktober 2012

Jumroh? Anak Kecil Juga Bisa



Horee syukur Alhamdulillah dapat merasakan idul adha untuk kesekian kalinya, sms-sms tentang puasa arafah, tabligh akbar bertemakan pengorbanan, orasi khotib-khotib tentang cerita nabi Ibrahim dan updatean status-status tentang nyate dan masakan bertemakan daging lainnya menyertai hari ini. :) 

Setelah sholat ied saya pun nimbrung makan yang belum bertema, kemudian mantengin TV yang menyiarkan sebuah ritual ibadah yang luar biasa. Ibadah haji.

Di tanah suci sana sekitar lima juta orang sedang mengamalkan rukun islam yang terakhir dengan berbagai niatan mereka dan dengan pengalaman kunjungan ke tanah suci yang berbeda-beda, ada yang sekali, dua kali dst. Menurut kompas ada 125.126 jamaah haji Indonesia untuk tahun ini, mereka yang masuk dalam kategori mampu, sabar dan satu lagi beruntung.

Mungkin pernah dengar, seseorang yang secara finansial ndak mungkin bisa haji, dengan ridho Allah ternyata bisa, “wa anna sa’yahu saufo yuro”. Mereka yang sepertinya akan bilang: “untuk saya satu kali saja cukup, itu sudah buat saya amat sangat bersyukur”. Hatinya udah mabrur.

Diantara total ratusan ribu jamaah pun ada juga yang aji mumpung, mumpung deket ama kemenag, pejabat atau oknum pengurus ibadah tersebut. Semuanya bertujuan “mabrur” diterima oleh Allah ibadahnya.

Tapi diantara hikmah yang saya ambil dari beberapa hal tentang pelajaran agama adalah islam mengenal konsekuensi. Ketika kita dahulunya hafal qur’an lalu hilang karena tak pernah diulang lagi, lebih berat konsekuensinya dari yang memang ndak ngafalin. Sama, untuk mabrur ini juga, mereka yang pulang kembali ke tanah air, juga harusnya mengerjakan konsekuensi tersebut, sebagai insan yang lebih unggul dalam pengamalan jumlah rukun islam diantara yang lainnya. Sepertinya kategori mabrur ndak cukup keluar nilainya setelah tahalul, atau seperti berbukanya orang puasa, setelah semua rukun selesai dijalankan lalu selesai. Tapi dampaknya apa minimal bagi yang menjalankan, umumnya bagi masyarakat di sekitarnya.

Kini waiting list haji lima tahun kalo ndak salah, tak terbayang jika itu kita analogikan dengan antrian di dalam bank, amat sangat panjang sekali. Tapi mereka yang menunggu itu pasti amat sangat sabar sekali, minimal niatnya. Tolong yang nitip dan memperkecil kuota, agaknya mikir-mikir lagi.

Kita doakan semoga ndak ada ibadah itu jadi lifestyle seperti fashionnya artis-artis, hanya pulang pergi tanpa bekas, sudah lebih dari sekali haji namun kelakuannya ndak jelas. Bangsa ini sepertinya ga butuh banyak-banyak orang yang make huruf “H” nya karena kepentingan, biarlah titel itu dipanggil oleh orang dengan kepantasan.

Semoga selamat pa, bu jamaah haji, kalian udah ditunggu ama sanak family dan masyarakat di bandara. Jangan kecewakan mereka atas harapan bahwa seorang haji memiliki nilai lebih diantara yang lainnya. Karena kalo cuma lempar jumroh anak kecil juga bisa.

Btw, selamat idul adha silahkan beli areng dan ngipas-ngipas daging. J



0 komentar:

Posting Komentar