Sebenarnya ada
hal lain yang mau saya tulisin sih, tapi ga tahu kenapa jadi ingin ngebahas tentang
hal ini, sebuah interaksi sosial yang spesial antara manusia dengan gender yang
berbeda. Hmm ~
Re-say “KO”
Kita mulai dari
pertanyaan, ketika kamu dihadapkan pada pilihan lima juta sekarang atau sepuluh
juta lima tahun lagi, pilih mana? Karena anak ekonomi, kebanyakan milihnya
mending lima juta sekarang dong, lima tahun lagi belum pasti, belum ngitung
inflasi, real interest, daya beli, dll. Intinya lebih bentar, lebih kecil
resikonya, satu lagi lebih pasti. Kata pepatah “Telur hari ini lebih baik
daripada ayam esok hari”.
oke sebelumnya,
resiko adalah hal-hal yang dapat terjadi diluar kehendak kita, namun kita masih
dapat mengantisipasinya.
Lanjut, tapi kenapa
dalam sebuah hubungan seorang laki-laki dan perempuan yang belum nikah,
pernyataan diatas ga ngaruh. Dari ujung rambut ampe ujung kaki aja masih belum
punya sendiri, masih punya ortu, kuliah belum lulus, kerja juga belum pasti
kerja dimana, banyak belum pastinya, tapi udah mulai berhubungan apapun dengan
lawan jenisnya, disebutnya “pdkt, pacaran atau apapun lah bebas”.
Berani ngobrol
empat mata ama ortu nya aja deg-degan, lah ini yang dimainin hatinya anak siapa
coba?. Coba pikirin
orang tua sang perempuan khususnya ibunya yang udah susah payah ngelahirin dia,
ngedidik dari kecil dengan sabar, lucu-lucu, imut hingga menjadi remaja, gadis
yang cantik jelita dilepas ketika dia udah punya pendamping, sungguh waktu yang
tidak lama. Segitunya loh, masih mau main-main? Terr... laaa ..luu
Dengan kata
lain, makin lama waktu berhubungan tersebut seharusnya menambah resiko dong, katanya
pilih yang pasti. Ahhh konsep itu mah konsep hehe
Eh, bukannya
kita harus tahu barangnya dulu yah sebelum membeli entar rugi dong kalo kita ga
“sreg” makanya harus dicoba dulu. Oke, oke I am understand, let’s go to the
next point.
Kalau alasannya
penjajakan, pastinya mereka yang nikah tanpa pacaran yang lama dan waktu yang
bertahun-tahun itu pasti cepat cerai, karena enggak “sreg”. Tapi nyatanya
langgeng-langgeng aja tuh, Tanya aja motivasinya kenapa, selain karena cinta
pasti ada motivasi yang tak lekang oleh waktu. Apa itu? mengikuti ketentuan
dari apa yang ditentukan oleh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Nah jadi yang
ga lama-lama itu, malahan yang sesuai dengan contoh di paragraf pertama tadi,
dan sesuai dengan fenomena perilaku ekonomi. Katanya ekonomi merasionalkan
pilihan. Hmmm ~
Up-death status
Next question,
ketika kamu dalam urusan organisasi misalnya mencari sponsor dalam bilangan
jutaan dengan point kerjasama yang cukup banyak, mana perilaku yang kamu pilih?
Membuat surat M.O.U atau tidak perlu membuatnya. Mayoritas akan membuat surat
tersebut sehingga timbul unsur tanggungjawab antara kedua belah pihak dalam
memenuhi hak dan kewajibannya, betul?
Kamu bisa menggugat karena memang ada sesuatu yang mengikat, ketika salah satu pihak melakukan wanprestasi atau melanggar salah satu point saja, Tegas.
Hubungannya
apaan? Ya tanggungjawab, selama tidak ada ikatan, keduanya ga bisa nuntut
apapun, sesakit apapun perasaan yang disakiti, wong bukan siapa-siapa kok.
Segalau apapun itu. Putus, ya update status, widihh TL banjir :)
Di-mirisin Marjinal Utility
Terakhir tentang teori kepuasan marjinal yang menurun, konsepnya: bahwa manusia itu terdepresiasi dalam raga dan rasa. Bosen.
Seorang dosen
bilang, dulu ketika pengantin baru, baru sejam udah ditanyain ama istri,
sekarang mah bororaah (what language is) teuing lah. Karena tak ada yang
abadi seperti apa kata Ariel bilang dan tak ada yang sempurna, sesempurna Andra
‘n d’ bekbon. Semuanya berubah ketika Negara api menyerang. -__-“
Tapi maksudnya gini, makin lama interaksi udah kenal, udah banyak saling tahu aibnya, udah saling berkorban, saling memadu kasih semu, sekarang seneng besok udah ngambek dll, lah terus apa bedanya nanti kalo nikah, lah terus apa yang penasaran dari dia? Hubungan biologis doang? Lah apanan intinya bukan itu toh?
Sekarang
bandingin dengan contoh yang selanjutnya tadi, yang mengemas suatu hubungan
dengan kemantapan dan kesiapan oh iya kemapanan satu lagi. Sebelum akhirnya
berakhir dengan indah, kira-kira apa perlu waktu lama, untuk menerima?
Saya analogiin
ini, kaya seorang jutawan yang udah
tergoda dengan sebuah mobil BMW yang harganya juga selangit mahalnya, tebak,
kira-kira transaksinya bakalan lama ga? …. ENGGAK DONG, LANGSUNG DIBELI !!!
*wiss santai-santai ~
Kembali sesuai
fenomenanya dengan perilaku individu yang emang ga lama-lama pdkt, pacaran or
whatever dengan konsep DMU ini. Lebih penasaran, utilitas masih tinggi,
langsung hitam di atas putih, langsung ada tanggungjawab. Nah yang ginian nih,
langgeng rill bukan nominal kayaknya.
Udah ah, ntar
tambah ngelantur lagi, oh iya bukan berarti saya udah bener dalam hal ginian,
wong galau aja masih sering hehe, galau yang berkualitas. “watawasoubil haqqi
watawasoubissobr” saling ngingetin aja dalam kebenaran dan kesabaran.
Btw, ini mata
kuliah apa sih? Ekonomi Pemasaran Perasaan atau apa? … teuing :)
0 komentar:
Posting Komentar