11 November 2012

Ekonomi Perasaan




Sebenarnya ada hal lain yang mau saya tulisin sih, tapi ga tahu kenapa jadi ingin ngebahas tentang hal ini, sebuah interaksi sosial yang spesial antara manusia dengan gender yang berbeda. Hmm ~

Re-say  “KO”
Kita mulai dari pertanyaan, ketika kamu dihadapkan pada pilihan lima juta sekarang atau sepuluh juta lima tahun lagi, pilih mana? Karena anak ekonomi, kebanyakan milihnya mending lima juta sekarang dong, lima tahun lagi belum pasti, belum ngitung inflasi, real interest, daya beli, dll. Intinya lebih bentar, lebih kecil resikonya, satu lagi lebih pasti. Kata pepatah “Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari”.

oke sebelumnya, resiko adalah hal-hal yang dapat terjadi diluar kehendak kita, namun kita masih dapat mengantisipasinya.

Lanjut, tapi kenapa dalam sebuah hubungan seorang laki-laki dan perempuan yang belum nikah, pernyataan diatas ga ngaruh. Dari ujung rambut ampe ujung kaki aja masih belum punya sendiri, masih punya ortu, kuliah belum lulus, kerja juga belum pasti kerja dimana, banyak belum pastinya, tapi udah mulai berhubungan apapun dengan lawan jenisnya, disebutnya “pdkt, pacaran atau apapun lah bebas”.

Berani ngobrol empat mata ama ortu nya aja deg-degan, lah ini yang dimainin hatinya anak siapa coba?. Coba pikirin orang tua sang perempuan khususnya ibunya yang udah susah payah ngelahirin dia, ngedidik dari kecil dengan sabar, lucu-lucu, imut hingga menjadi remaja, gadis yang cantik jelita dilepas ketika dia udah punya pendamping, sungguh waktu yang tidak lama. Segitunya loh, masih mau main-main? Terr... laaa ..luu

Dengan kata lain, makin lama waktu berhubungan tersebut seharusnya menambah resiko dong, katanya pilih yang pasti. Ahhh konsep itu mah konsep hehe

Eh, bukannya kita harus tahu barangnya dulu yah sebelum membeli entar rugi dong kalo kita ga “sreg” makanya harus dicoba dulu. Oke, oke I am understand, let’s go to the next point.

Kalau alasannya penjajakan, pastinya mereka yang nikah tanpa pacaran yang lama dan waktu yang bertahun-tahun itu pasti cepat cerai, karena enggak “sreg”. Tapi nyatanya langgeng-langgeng aja tuh, Tanya aja motivasinya kenapa, selain karena cinta pasti ada motivasi yang tak lekang oleh waktu. Apa itu? mengikuti ketentuan dari apa yang ditentukan oleh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Nah jadi yang ga lama-lama itu, malahan yang sesuai dengan contoh di paragraf pertama tadi, dan sesuai dengan fenomena perilaku ekonomi. Katanya ekonomi merasionalkan pilihan. Hmmm ~

Up-death status
Next question, ketika kamu dalam urusan organisasi misalnya mencari sponsor dalam bilangan jutaan dengan point kerjasama yang cukup banyak, mana perilaku yang kamu pilih? Membuat surat M.O.U atau tidak perlu membuatnya. Mayoritas akan membuat surat tersebut sehingga timbul unsur tanggungjawab antara kedua belah pihak dalam memenuhi hak dan kewajibannya, betul? 

Kamu bisa menggugat karena memang ada sesuatu yang mengikat, ketika salah satu pihak melakukan wanprestasi atau melanggar salah satu point saja, Tegas.

Hubungannya apaan? Ya tanggungjawab, selama tidak ada ikatan, keduanya ga bisa nuntut apapun, sesakit apapun perasaan yang disakiti, wong bukan siapa-siapa kok. Segalau apapun itu. Putus, ya update status, widihh TL banjir :)

Di-mirisin Marjinal Utility
Terakhir tentang teori kepuasan marjinal yang menurun, konsepnya: bahwa manusia itu terdepresiasi dalam raga dan rasa. Bosen.

Seorang dosen bilang, dulu ketika pengantin baru, baru sejam udah ditanyain ama istri, sekarang mah bororaah (what language is) teuing lah. Karena tak ada yang abadi seperti apa kata Ariel bilang dan tak ada yang sempurna, sesempurna Andra ‘n d’ bekbon. Semuanya berubah ketika Negara api menyerang. -__-“

Tapi maksudnya gini, makin lama interaksi udah kenal, udah banyak saling tahu aibnya, udah saling berkorban, saling memadu kasih semu, sekarang seneng besok udah ngambek dll, lah terus apa bedanya nanti kalo nikah, lah terus apa yang penasaran dari dia? Hubungan biologis doang? Lah apanan intinya bukan itu toh?

Sekarang bandingin dengan contoh yang selanjutnya tadi, yang mengemas suatu hubungan dengan kemantapan dan kesiapan oh iya kemapanan satu lagi. Sebelum akhirnya berakhir dengan indah, kira-kira apa perlu waktu lama, untuk menerima?

Saya analogiin ini,  kaya seorang jutawan yang udah tergoda dengan sebuah mobil BMW yang harganya juga selangit mahalnya, tebak, kira-kira transaksinya bakalan lama ga? …. ENGGAK DONG, LANGSUNG DIBELI !!! *wiss santai-santai ~

Kembali sesuai fenomenanya dengan perilaku individu yang emang ga lama-lama pdkt, pacaran or whatever dengan konsep DMU ini. Lebih penasaran, utilitas masih tinggi, langsung hitam di atas putih, langsung ada tanggungjawab. Nah yang ginian nih, langgeng rill bukan nominal kayaknya.

Udah ah, ntar tambah ngelantur lagi, oh iya bukan berarti saya udah bener dalam hal ginian, wong galau aja masih sering hehe, galau yang berkualitas. “watawasoubil haqqi watawasoubissobr” saling ngingetin aja dalam kebenaran dan kesabaran.

Btw, ini mata kuliah apa sih? Ekonomi Pemasaran Perasaan atau apa? … teuing :)

0 komentar:

Posting Komentar